BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 27 November 2010

KEDUDUKAN NILAI

oleh : Mochamad Ak Doni
 
Pendahuluan
Nilai merupakan suatu hal yang abstrak dan sulit ketika diungkapkan dengan kata-kata. Dalam berbagai literatur yang membahas filsafat nilai, seringkali mengalami kesulitan untuk mendapatkan gambaran konkrit bentuk nilai. Namun ketika usaha mendiskripsikan nilai dikaitkan dengan fakta empiris akan mendapat kemudahan untuk menangkap nilai.
Pada perkembangannya pembahasan tentang nilai mendapatkan pendamping keilmuan yang khusus mempelajari hakikat nilai, yaitu aksiologi (lebih dikenal filsafat nilai). Filsafat nilai yang bertujuan mengurai tentang hakikat nilai, melakukan eksplorasi keilmuan khusus lainnya yang berkaitan dengan nilai. Seperti, ekonomi, estetika, etika, filsafat agama, dan epistemologi. Yang mana epistemologi lebih terkait dengan masalah kebenaran, etika bersangkutan dengan masalah kebaikan (dalam arti kesusilaan), dan estetika bersangkutan dengan masalah keindahan.
Dari orientasi sekilas tentang perkembangan pembahasan nilai diatas menjadi sangat layak untuk mengetahui kedudukan nilai diantara kehidupan yang berjalan. Karena dengan mengetahui kedudukan nilai akan membantu kita dalam memahami nilai. Sehingga pemakalah mencoba sedikit melacak kedudukan nilai dengan tiga pemetaan; (1)manusia dengan nilai, (2)kebudayaan dengan nilai, (3)fakta dengan nilai.

Manusia – Nilai
Membahas tentang manusia akan membutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan sampai matipun pembahasan manusia belum pasti tuntas. Kompleksitas manusia menjadikan kerumitan tersendiri dalam memahami manusia. Sehingga kefokusan pembahasan tetang manusia kali ini lebih pada keterkaitannya dengan nilai.
Manusia dalam merespon sekitarnya terdapat banyak konsepsi dan tindakan. Hal ini menyesuaikan dengan keadaan manusia yang menjadi faktor berpengaruh dalam pembentukan konsep atau memutuskan tindakan. Pada level lebih jauh lagi manusia akan menciptakan kaidah-kaidah kehidupan yang pada proses interaksi dengan sesama manusia akan menjadi kaidah bersama.
Moral dan etika selalu melekat pada pembahasan tentang mansia. Dua hal ini terkait langsung dengan tindak manusia. Moral dan etika menjadi sebuah dasar manusia bertindak. Sehingga ada konsekuensi yang muncul dengan penyebutan “manusia yang baik” (punya moral dan etika). Pemberian sebutan ini adalah bagian dari perwujudan nilai melalui pemberian nilai dari manusia yang satu kepada manusia lainya. Kata “baik” menjadi sebuah penghargaan yang diberikan karena kehidupan manusia yang mempunyai moral dan bertindak etis.
Moral dan etika yang dijadikan sebagai pagar pembatas antara wilayah baik dan buruk. Keberadaan ini ketika dikaitkan dengan sifat sosial manusia, akan mewujudkan regenerasi. Dengan kemampuan manusia berbahasa dan mewariskan nilai luhur ini akan mebentuk sebuah kebiasaan yang pada akhirnya menjadi kebudayaan.

Kebudayaan – Nilai
Lahirnya kebudayaan bagaikan sebuah proses metamorfosis dari kepompong yang melahirkan ulat kemudian bersayap menjadi kupu-kupu. Dari suatu keadaan yang lemah dalam keterkungkungan menjadi bergerak dengan bebas untuk menumbuhkan bunga-bunga kemajuan hidup manusia.
Lebih kompleks kebudayaan ada dengan berbagai yang menyempurnakan didalamnya, seperti bahasa, moral, etika, yang berasal dari konsensus kelompok masyarakat. Melalui bahasa manusia bisa berkomunikasi dengan sesamanya, dilanjutkan dengan penyesuaian antar manusia dalam memahami moral dan etika bersama. Kesepakatan antar manusia ini menjadi titik penting terbentuknya kebudayaan. Seperti pembahasan menngenai manusia dan nilai, kedudukan nilai dalam kebudayaan juga nampak, karena moral dan etika dalam kebudayaan adalah bagian dari nilai. Hai ini dapat dibuktikan melalui fakta empiris di sekitar kita.

Fakta – Nilai
Fakta merupakan kejadian nyata yang timbul dari serangkaian aktivitas manusia. Interaksi manusia dengan lingkungan menghasilkan fakta. Begitu juga interaksi manusia dengan manusia bisa menjadi fakta.
Dalam memahami fakta untuk mengetahui kedudukan nilai didalamnya, lebih mudah dalam mendiskripsikan dengan sebuah kalimat “gunung merapi meletus menyebabkan perekonomian Yogyakarta memburuk”. Kalimat tersebut menyebutkan sebuah fakta yang terjadi belakangan ini, dan di dalam fakta tersebut terdapat nilai buruk dalam bidang perekonomian. Begitu juga dengan berbagai fakta lainnya, meskipun beragam sudut pandang tetapi selalu bermuatan nilai.

Kesimpulan
Manusia sebagai pelaku nilai, pemeberi nilai ataupun diberi. Atau dengan kata lain manusia menjadi subyek sekaligus obyek atas nilai. Manusia dalam menjalani kehidupannya yang dengan senantiasa menjunjung nilai luhur menghasilkan sebuah kaidah-kaidah kehidupan yang menjadi pedoman, seperti moral dan etika.
Dan dalam perkembangannya kebutuhan manusia beinteraksi dengan bermula bahasa yang disepakati untuk berkomunikasi menjalar pada kesepakatan tentang ide-ide pedoman hidup. Sehingga pada perkembangannya fakta yang terjadi selalu bermuatan nilai meski berbagai sudut pandang cara menaggapinya.